PENGEMASAN UPACARA BABANGKONGAN MENJADI BENTUK SENI PERTUNJUKAN HELARAN
Abstract
Upacara Babangkongan merupakan upacara kesuburan atau upacara meminta Hujan di daerah Surawangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Upacara ini dilakukan pada musim Halodo (Kemarau) ketika kondisi air untuk mengairi sawah berkurang, bahkan kering kerontang. Upacara Babangkongan bentuknya sederhana, memperlihatkan seorang laki-laki ditandu di atas dongdang (Tandu Terbuka) oleh empat orang laki-laki, kemudian diarak keliling sambil teriak menirukan suara Bangkong (katak) dengan irama naik turun dan riuh. Masyarakat Desa Surawangi menyambutnya dengan mengguyur laki-laki yang menirukan suara Bangkong (Katak) tersebut dengan air, dan biasanya memberikan Saweran (uang) pada para pembawa Dongdang. Masyarakat Surawangi mempercayai bahwa tradisi Upacara Babangkongan ini kalau dilaksanakan akan turun hujan. Metode yang digunakan untuk pengemasan upacara babangkongan ini adalah metode garap melalui beberapa tahapan yang meliputi eksplorasi, improvisasi, komposisi, dan evaluasi. Hasil dari garapan ini adalah pengemasan Upacara Babangkongan menjadi Seni Pertunjukan Helaran atau Seni Pertunjukan Jalanan untuk kepentingan berbagai peristiwa budaya pada masyarakat Surawangi yang dipentaskan dalam bentuk Helaran maupun Pertunjukan di atas panggung.
Kata Kunci: Upacara Babangkongan, Desa Surawangi, Kesuburan, Helaran
Full Text:
PDF DOWNLOADReferences
Soedarsono. 1978. Pengantar Pengetauhan dan Komposisi. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia
Smith Jacquiline. 1985. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Bagi Guru. Terj. Ben Suharto. Yogyakarta: IKALASTI
Dagun, Save M. 2005. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. Jakarta.
Marliana, Lina, dkk. 2015. Upacara Babangkongan: Laporan Penelitian. LP2M ISBI Bandung.
Iswantara, Nur. 2017. Kreativitas: Sejarah, Teori & Perkembangan. Yogyakarta: Gigih pustaka Mandiri
DOI: http://dx.doi.org/10.26742/pib.v1i1.1326
Refbacks
- There are currently no refbacks.