TIGA GAYA KETUK TILU DI TATAR SUNDA
Abstract
Ketuk Tilu di Bandung Barat tepatnya di Kampung Pasir Haur Desa Bojong Koneng, Kecamatan
Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, sejak tahun 1985 sudah jarang manggung lagi karena tidak ada yang
mengundang di tempat hajatan atau selamatan pernikahan, khitanan anak maupun hiburan hajatan lainnya.
Vakumnya panjak Ketuk Tilu tidak manggung atau dipertunjukan oleh karena pada saat itu munculnya tari
jaipongan, sehingga kesenian tersebut tergeser popularitasnya, bahkan tersisihkan karena dianggap tidak
menarik bagi kalangan kaum generasi muda. Ketuk Tilu dianggap sudah ketinggalan zaman, maka para
panjak maupun ronggeng akhirnya mencari aktivitas lain untuk menyambung sumber penghasilan
hidupnya di kesenian lain yang masih digemari oleh masyarakat, sehingga para pelaku kesenian Ketuk Tilu
vakum dengan sendirinya. Salah satu upaya untuk mencoba menghidupkan kembali tari Ketuk Tilu yaitu
melalui revitalisasi dengan cara menampilkan kembali gerak tari Ketuk Tilu beserta lagu-lagunya, serta
memodifikasi penampilan secara keseluruhan seperti koreografi, karawitan, dan kostumnya. Tujuan
penelitian ini untuk menghidupkan kembali Tari Ketuk tilu dengan cara merevitalisasi agar kembali hidup
dan disenangi oleh masyarakat serta dapat menjadi mata pencaharian bagi para seniman pendukungnya.
Sudut pandang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu revitalisasi. Metode yang digunakan adalah
metode kualitatif melalui pendekatan deskriptif analisis, dengan teknik pengumpulan data berupa studi
pustaka, observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menjadi
insfirasi dan memotivasi masyarakat untuk berkreasi secara langsung menata tari ketuk tilu secara utuh.
Kata Kunci: revitalisasi, tari ketuk tilu
Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, sejak tahun 1985 sudah jarang manggung lagi karena tidak ada yang
mengundang di tempat hajatan atau selamatan pernikahan, khitanan anak maupun hiburan hajatan lainnya.
Vakumnya panjak Ketuk Tilu tidak manggung atau dipertunjukan oleh karena pada saat itu munculnya tari
jaipongan, sehingga kesenian tersebut tergeser popularitasnya, bahkan tersisihkan karena dianggap tidak
menarik bagi kalangan kaum generasi muda. Ketuk Tilu dianggap sudah ketinggalan zaman, maka para
panjak maupun ronggeng akhirnya mencari aktivitas lain untuk menyambung sumber penghasilan
hidupnya di kesenian lain yang masih digemari oleh masyarakat, sehingga para pelaku kesenian Ketuk Tilu
vakum dengan sendirinya. Salah satu upaya untuk mencoba menghidupkan kembali tari Ketuk Tilu yaitu
melalui revitalisasi dengan cara menampilkan kembali gerak tari Ketuk Tilu beserta lagu-lagunya, serta
memodifikasi penampilan secara keseluruhan seperti koreografi, karawitan, dan kostumnya. Tujuan
penelitian ini untuk menghidupkan kembali Tari Ketuk tilu dengan cara merevitalisasi agar kembali hidup
dan disenangi oleh masyarakat serta dapat menjadi mata pencaharian bagi para seniman pendukungnya.
Sudut pandang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu revitalisasi. Metode yang digunakan adalah
metode kualitatif melalui pendekatan deskriptif analisis, dengan teknik pengumpulan data berupa studi
pustaka, observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menjadi
insfirasi dan memotivasi masyarakat untuk berkreasi secara langsung menata tari ketuk tilu secara utuh.
Kata Kunci: revitalisasi, tari ketuk tilu
Full Text:
PDFDOI: http://dx.doi.org/10.26742/pib.v0i0.3132
Refbacks
- There are currently no refbacks.