IDENTITAS ISLAM PADA SENI PAGELARAN TARAWANGSA (KAJIAN LIVING RELIGIONS DENGAN PENDEKATAN NETNOGRAFI)

Ahmad Rifai

Abstract


ABSTRAK
Tarawangsa berawal dari ritual yang sakral atas rasa kesyukuran warga Rancakalong karena panen yang melimpah. Pada fase perkembangan berikutnya Tarawangsa berubah menjadi dua bentuk yakni seni pertunjukan dan seni yang sakral masih tetap ada. Fenomena tersebut coba digali melalui pendekatan netnografi. Yakni memanfaatkan perkemabngan digital dalam memahamai fenomena Tarawangsa yang ada. Hasil penelitian menemukan bahwa identitas Islam masuk dan mewarnai perkembangan Tarawngsa. Islam sebagai agama samawi tidak menjadi ancaman terhadap pertunjukan Tarawangsa di Rancakalong. Justru akulturasi budaya nampak terlihat dimana Islam memberikan input nilai pada pertunjukan Tarawangsa, terutama model busana hijab dan kopiah yang dipakai oleh para pelaku Tarawangsa. Maka dari itu dalam living religions study baik Islam maupun Tarawangsa sendiri menjadi living dan hidup karena kedua saling memberi nilai yang sama akan pelestarian alam, rasa bersyukur dan kesejahteraan dalam kehidupan.
Kata kunci : Tarawangsa, Identitas Islam, Agama Lokal, Agama yang Hidup

ABSTRACT
Tarawangsa is sacred music that is played as a form of gratitude for an abundant harvest. In subsequent developments, tarwangsa changed its function to become sacred music and entertainment. The phenomenon was explored using a netnographic approach. This approach uses digital developments to search for facts. the results of this study found that Islamic identity entered and colored the development of contemporary Tarawangsa. Islam as a divine religion does not threaten the Tarawangsa show in Rancakalong. Cultural acculturation occurs where Islam gives value to Tarawangsa performances which can be seen from the hijab fashion. In the perspective of living religions, Tarawangsa and Islam become living because they give value to each other for the preservation of nature, gratitude and well-being
Key word: Tarawangsa, Islamic Identity, Idigineous Religions, Living Religions

Keywords


Tarawangsa, Identitas Islam, Agama Lokal, Agama yang Hidup

Full Text:

PDF

References


Armstrong, K. (2012). The Lost Arf Of Scripture (Terj.) (1st ed., Vol. 1). Mizan.

Bauto, L. M. (2014). Persfektif Agama dan Kebudayaan Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia. JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 11-25.

Fisher, M. F., & Rinehart, R. (2017). Living Religion: Vol. Teen Edition (9th ed.). Laurence King Publishing.

Geertz, C. (1973). The Intgerpretation Of Culture. New York : Basic Book, Inc.

Hidir, A. (2009). Antropologi Budaya Persfektif Ekologi dan Perubahan Budaya. Riau : Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau

Karima, P. (Director). (2022, April 2). Tarawangsa Karatonan [Vidio]. In Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=5sDpmoN8I5I

L. Pals, D. (2018). Seven Theories Of Religion (Terj.) Tujuh Teori Agama Paling Berpengaruh. Yogyakarta: IRCiSod.

Liliweri, A. (2021). Memahami Makna Kebudayaan dan Peradaban. Yogyakarta: Nusamedia.

Muhammadiyah, M. T. (2018). Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Muqoyyidin, A. W. (2013). Dialektika Islam dan Budaya Lokal. Ibda; Jurnal Kebudyaan Islam, 1-18.

Pongsibanne, H. L. (2017). Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.

Riady, A. S. (2021). Agama dan Kebudayaan Masyarakat Persfektif Clifford Geertz. Jurnal Sosiologi Agama Indonesia, 13-22.

Setyobudi, Imam. (2020). Metode Penelitian Budaya: Desain Penelitian dan Tiga Model Kualitatif (Life History, Grounded Research, Narrative Personal). Bandung: Sunan Ambu.

Setyobudi, Imam. (2011). Spiritual Islam Sunda dalam Hajat Solokan. IBDA Jurnal Kebudayaan Islam Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 9 (1). Purwokerto: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).

Setyobudi, Imam dan Mukhlas Alkaf. (2011). Kendala Multikulturalisme di Indonesia: Analisis Diakronis dan Sinkronis. MUDRA Jurnal Seni Budaya. 26 (2) Juli. Denpasar Bali: Institut Seni Indonesia

Supriatin, Y. M. (2012). Tarawangsa Dan Pengembangannya. Jentera Jurnal Kajian Sastra, Vol 1, No 2 (2012), 36–47. https://doi.org/10.26499/jentera.v1i2.277

Sumarto. (2017). Agama dan Budaya. Riayah, 20-30.

Sulainta, F. (2021). Netnografi; dasar dan Perkembangan Etnografi Gigital (Pertama). Ferisulainta.com.

Wibisono, M. Y. (2020). Sosiologi Agama. Bandung: SAA UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Yulaeliah, E. (2006). Tarawangsa Dan Jentreng Dalam Upacara Ngalaksa Di Rancakalong Sumedang Jawa Barat (Sebagai Sarana Komunikasi Warga). Selonding, Vol.3, No.1, 2006, 97–109.

Yuningih, Yuyun. (2005). Makna Simbolik Upacara Ngalaksa Pada Masyarakat Rancakalong. Tesis Program Studi Antropologi Budaya Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora Sekolah Pasca Sarjana. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.




DOI: http://dx.doi.org/10.26742/jbe.v7i1.2647

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


 

Jurnal Budaya Etnika managed and published by:

Department of Cultural Anthropology

Faculty of Culture and Media

Institute of Indonesia Arts and Culture, Bandung

 

Indexed Jurnal Budaya Etnika:

                                                                 

 

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.