Vol 4, No 1 (2017)

Jalan Seni Saini KM.: Teater Bandung dan Suara Perempuan

Sekapur Sirih Ketua Jurusan Teater
MENCARI TOKOH
BAGI TEATER ISBI BANDUNG

Oleh: Tatang Abdulah

Katarsis edisi ini boleh dibilang sangat Bandung sentris, lebih tebatnya sangat ISBI Bandung senris. Tulisan pertama dalam Katarsis edisi ini adalah tulisan tentang sesepuh kita Saini KM. Saini KM jelas sangat Bandung, dan bahkan sangat ISBI Bandung, walaupun nama dan ketokohan beliau sudah jauh melintasi tembok ISBI Bandung maupun batas wilayah Bandung dan Jawa Barat. Semua orang mengakui bahwa beliau adalah seniman nasional dan tokoh seni-budaya In- donesia. Berbagai segi mengenai tokoh ISBI yang menasional ini ditulis oleh Irwan Jamal, seorang alumnus Jurusan Teater ISBI Bandung yang juga penggiat teater terkemuka di Bandung. Tulisan kedua adalah mengenai tokoh teater generasi pasca Saini KM, yaitu Rachman Sabur dan Kelompok Teater Payung Hitamnya. Sebagaimana Saini KM, Rachman Sabur berbasis di ISBI Bandung namun namanya telah melintasi tembok ISBI. Rachman Sabur maupun kelompok Teater Payung Hitam-nya suah menjadi sosok dan kelompok yang dikenal oleh masyarakat teater di seluruh Indonesia. Aktor, sutradara, dan komandan Teater Payung Hitam ini, selain telah meraih gelar doktor di bidang penciptaan seni, juga masih terus aktif berteater sampai sekarang ini. Berbagai aspek mengenai Rachman Sabur dan Teater Payung Hitam, ditulis oleh Joko Kurnain, seorang pengajar Artistik teater sekaligus penata artistik teater berpengalaman. Maka, kiprah seni dan ketokohan dua dosen Jurusan Teater ISBI Bandung ditulis oleh dua dosen teater ISBI Bandung pula.

Tulisan ketiga mengenai pemetaan kelompok teater di Bandung masih ditulis oleh dosen Jurusan Teater ISBI Bandung, yaitu Ipit S. Dimyati. Dalam pemetaan tersebut dua nama yang disebut sebelumnya tentu akan disebut dan dipaparkan pula. Dengan demikian dapatlah keduanya dilihat dalam perspektif perkembangan teater di Bandung. Tulisan mengenai kelompok teater di Bandung ini lebih bersifat kesejarahan.
Tulisan berikutnya adalah tentang tubuh dan perempuan. Tubuh dibahas oleh Moh. Wail dalam kaitannya dengan pertunjukan teater tubuh dan tentang perempuan dibahas oleh Aura.

“Membaca Tubuh pada Proses Pertunjukkan Posthaste” tulisan Moh. Wail merupakan amatan dan deskripsi mengenai teater tubuh yang belakangan ini dikembangkan oleh Rachman Sabur dengan Teater Payung Hitamnya. Tulisan ini pun diangkat dari proses berteater tubuh bersama Kelompok Payung Hitam. Kelompok ini serta Rachman Sabur belakangan ini terus giat dengan gerakan teater tubuh- nya.

Edisi ini ditutup oleh tulisan di luar ISBI Bandung. Tulisan penutup ini membahas tema perempuan dalam drama Pembalasannja yang ditulis Saadah Alim sebelum masa kemerdekaan. Selain membicarakan tema perempuan dalam drama tersebut, Aura Asamarandana yang mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini membahas pula mengenai kepengarangan Saadah Alim yang jarang dibicarakan dalam kancah sastra dan drama Indonesia.
Semua telaah terhadap teater dan tokoh-tokohnya selalu memberi daya gugah kepada generasi-generasi teater yang kemudian, khususnya yang dididik dan ditempa di Jurusan Teater ISBI Bandung. Dua tokoh teater dari ISBI Bandung, misalnya, akankah disusul oleh tokoh-tokoh kreatif dan segar dari ISBI Bandung generasi berikutnya atau hanya akan berhenti di sana karena civitas akademika selebihnya lebih tertarik dengan dunia birokrasi yang rutin tapi mensejahtera- kan atau masih bergejolak dengan dunia kreatif yang tanpa kepastian dana dan pendapatan tapi penuh daya hidup dan menggairahkan?
Jawabannya, tentu tergantung pada fokus ISBI Bandung dan para civitas akademikanya.

 

 


 

Table of Contents

Articles

Irwan Jamal
PDF
Joko Kurnain
PDF
Ipit Saefidier Dimyati
PDF
Moh Wail
PDF
Aura Asamarandana
PDF