SAEHU DALAM RITUAL KOROMONG

Asep Jatnika

Abstract


ABSTRAK

Saehu sebagai pemimpin identik dengan ahli, guru, dipercaya masyarakat untuk memimpin Ritual Koromong, bahkan sebagai orang yang dituakan mempunyai peran di sisi lain sebagai shaman/dukun. Maka dari itu, yang dipercaya sebagai Saehu adalah orang yang memiliki ke-mampuan spiritual. Peristiwa Ritual Koromong merupakan peristiwa kesuburan dalam mengkultuskan Dewi Sri sebagai Dewi Padi  simbol  yang harus dihormati dan dipupusti, karena dianggap sebagai sumber dari segala kehidupan yang akan membawa berkah keselamatan, kesehatan, rejeki yang melimpah. Peristiwa ritual ini berawal dari krisis hasil pertanian atau paceklik, sehingga masyarakat mengalami kekurangan pangan, terutama padi. Perilaku masyarakat terhadap peristiwa yang terjadi, memunculkan suatu kepercayaan terhadap mitos yang berhubungan dengan Dewi Sri. Sehubungan dengan hal itu, maka yang menjadi permasalahan adalah apa peran Saehu dalam peristiwa Ritual Koromong? Merujuk pada pertanyaan penelitian tersebut, maka teori yang digunakan adalah teori Merton yang menyatakan bahwa ada dua fungsi yaitu fungsi manifes atau fungsi tersirat (hiburan), dan fungsi laten atau fungsi tidak tersirat (ritual). Adapun metode yang digunakan adalah pendekatan metode deskriptif analisis dengan langkah-langkah meliputi; studi observasi, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Dengan demikian, maka hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah bahwa seni Koromong sebagai media ritual merupakan produk kreatif berkaitan dengan kompleksitas kehidupan masyarakat yang memuat peristiwa sosial  dalam kehidupan petani.

Kata Kunci: Saehu, Ritual, Koromong.

 

ABSTRACT. Saehu In Koromong Ritual, December 2019. Saehu as a leader is synonymous with experts, teachers, trusted by the community to lead the Koromong Ritual, even as an elder who has a role on the other hand as a shaman/shaman. Therefore, those who are believed to be Saehu are people who have spiritual abilities. The Koromong Ritual Event is a fertility event in culturing Dewi Sri as a Rice Goddess symbol that must be respected and supported, because it is considered as the source of all life that will bring blessings of safety, health, abundant fortune. This ritual event originated from a crisis of agricultural products or famine, so that people experience food shortages, especially rice. Community behavior towards events that occur, giving rise to a belief in the myths associated with Dewi Sri. In this connection, the problem is what is Saehu's role in the Koromong Ritual? Referring to the research question, the theory used is Merton's theory which states that there are two functions, namely the manifest function or the implied function (entertainment), and the latent function or the implied function (ritual). The method used is the descriptive analysis method approach with steps including; observational studies, literature studies, and documentation studies. Thus, the results achieved in this study re that the art of Koromong as a ritual media is a creative product related to the complexity of people's lives that contain social events in the lives of farmers.

Keywords: Saehu, Ritual, Koromong.

 


Full Text:

PDF

References


DAFTAR PUSTAKA

Dhavamony, Mariasusuai. 1995. Fenomenologi Agama, Yogyakarta: Kanisius.

Ekajati, Edi. 1980. Masyarakat sunda dan Kebudayaannya, Jakarta: Giri Mukti Pusaka.

Garna, Judistira. K. 1999. Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif, Seri Ceramah Kuliah Bandung: Primaco Akademika.

Garna, Judistira. 1996. Ilmu-ilmu Sosial, Dasar-Konsep-Posisi. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Pajajaran.

Greetz, Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama, Yogyakarta: Kanisius.

Holt. Clare, 2000. Art In Indonesia. Terjemanahan Soedarsono, Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI), Bandung.

Kaplan, David, dan Albert A. Manners. 2002. Teori Budaya, Terjemahan Landung Simatupang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Radam, Noerid Halaoi. 2001. Relegi Orang Bukit. Yogyakarta: Yayasan Semesta.

Subagya, Rachmat. 1981. Agama Asli Indonesia. Jakarta: Jaya Pirusa.

Soedarsono. 1991. Tayub Akhir Abad ke-20, dalam Soedarso SP,.ed.Beberapa Catatan Tentang Perkembangan Kesenian Kita. Yogyakarta: BP. ISI

Sumardjo, Jakob, dkk. 2000. Filsafat Seni. Ban-dung: Penerbit ITB.

Suryadipura, R. Paryana. 1950. Alam Pikiran. Jakarta-Bandung: Neijenhuis & Co. NV.




DOI: http://dx.doi.org/10.26742/mklng.v6i2.1063

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 MAKALANGAN



Lisensi Creative Commons

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Jurnal Seni Makalangan
Program Studi Seni Tari
Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Jl. Buah Batu No.212, Cijagra, Kec. Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat 40265
Phone: (022)7314982, Fax: (022) 7303021
E-mail: jurnal.makalangan@gmail.com

 

p-ISSN: 2355-5033 | e-ISSN: 2714-8920


View My Stats