KEPUNAHAN TARI BADAYA DI KABUPATEN PRIANGAN: KABUPATEN BANDUNG, SUMEDANG, dan CIAMIS (1860-1950)

Kustiana Kustiana, Een Herdiani, Heri Herdini

Abstract


ABSTRAK

Tari Badaya merupakan tarian klasik yang hidup di Kabupaten-kabupaten Priangan, akan tetapi dalam perkembangannya tarian tersebut mengalami kepunahan setelah masa kemerdekaan. Sejalan dengan hal tersebut maka, penelitian ini menggunakan teori gerak sejarah dari Oswalt Spengler yang menyebutkan bahwa setiap kebudayaan layaknya siklus mahluk hidup yakni, lahir, berkembang, masa puncak, kemudian mati. Metode yang digunakan ialah metode sejarah yakni heuristik, kritik, interpretasi, serta historiografi. Badaya ditemukan di Kabupaten Bandung, Sumedang (1866), serta Ciamis (1930), dalam pekembangannya tari badaya pernah hidup di tiap kabupaten, yang berfungsi sebagai tarian penyambutan tamu, serta perangkat status sosial menak Sunda pada masa itu. Tari Badaya mulai punah seiring dengan pemindahan tampuk kekuasaan dari bupati ke bupati selanjutnya, kemudian pemindahan kekuasaan Belanda kepada Jepang, higga masa kemerdekaan membuat fungsi kabupaten tidak lagi menjadi pusat kebudayaan. Selain itu muncul tarian baru yang menggeser keberadaan Tari Badaya yang akhirnya punah sekitar tahun 1950-an.

Kata Kunci: Tari Badaya, Sejarah, Kepunahan.


ABSTRACT THE EXTINCTION OF THE BADAYA DANCE IN PRIANGAN REGENCY: BANDUNG, SUMEDANG, and CIAMIS DISTRICT (1860-1950), June 2022. Badaya dance is a classical dance that lives in Priangan regencies, but in its development the dance experienced extinction after the independence period. In line with this, this study uses the theory of historical motion from Oswalt Spengler which states that every culture is like a cycle of living things, namely, birth, development, peak period, then death. The method used is the historical method, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Badaya was found in the districts of Bandung, Sumedang (1866), and Ciamis (1930), in its development the Badaya dance had lived in each district, which functioned as a dance to welcome guests, as well as a tool for Sundanese social status at that time. Badaya dance began to become extinct along with the transfer of power from the regent to the next regent, then the transfer of Dutch power to Japan, Until the independence period, the function of the district was no longer a cultural center. In addition, a new dance emerged that replaced the existence of the Badaya Dance which eventually became extinct around the 1950. Keywords: Badaya Dance, History, Extinction.

 


 


Keywords


Kata Kunci: Tari Badaya, Sejarah, Kepunahan

Full Text:

PDF

References


Ajip Rosidi. 1985. “Manusia Sunda”. Inti Dayu Press.

Een Herdiani. 2005. “Hasil Notulis Diskusi Ngaguar Riwayat Abah Kayat”. Bandung. Tidak diterbitkan.

Fedor Jagor. 1886. “Singapore, Malacca, Java”. Berlin, Jerman.

Irawati Durban Ardjo dan Endo Suanda, 2011. “200 Tahun Seni di Bandung: Bandung Menggoyang Jagat Tari Sunda”. Bandung. Pusbitari Press.

Irawati Durban Ardjo. 2013. Teknik Tari Sunda Klasik Putri. Bandung: Pusbitari Press.

________________ 2007. “Tari Sunda Tahun 1880-1990: Melacak Jejak Tb. Oemay Martakusuma dan Rd. Tjetje Somantri”. Bandung: Pusbitari Press.

________________. 1998. Melacak jejak Tb. Oemay Martakusuma dan Rd. Tjetje Somantri). Bandung: Sastrataya-Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI).

Jakob Soemardjo, 2011. “200 Tahun Seni di Bandung: Sejarah Kota Bandung”. Bandung. Pusbitari Press.

Jakob Soemardjo. 2006. “Khazanah Pantun Sunda: Sebuah Intepretasi. Bandung. Kelir”.

M. Dien Madjid dan Johan Wahyudi. (2014). Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar. Depok. Prenamedia Group.

Mumuh Muhsin. Z. 2008. Makalah “Terbentuknya Karesidenan Priangan”. Bandung. Pascasarjana Fakultas Sastra UNPAD.

Nina Herlina Lubis, 2011. Sejarah Kebudayaan Sunda. Bandung: Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat.

Olla S. Sumarnaputra, 1991. Priangan ti Mataram ka Kumpeni. Bandung: Buletin Kebudayaan Jawa Barat “Kawit” No: 53 5 – V.

R.A. Tumi Sumiati. 2003. “Raden Tumenggung Aria Sunarja Bupati Soekapoera/Tasikmalaya Ke-XVI Tahun 1944-1947: Catatan Hidup Seni”. Bandung. Tidak Diterbitkan.

Rd. Ace Hasan Sueb. 1992. Kamekaran Tembang Sunda. Bandung: Bulletin Kebudayaan Jawa Barat “Kawit” No: 45.

Seniman Gunung. 1962. “Rd. Tjetje Somantri: Tokoh Tari-tari Sunda jang mendapat pengakuann Presiden dan pemerntah”. Djakarta. PT. Penerbitan dan Pertjetakan Varia.

Wina Puspita Sari dan Menanti Fajar Rizki. 2021. “Komunikasi Lintas Budaya”. Solok Sumatra Barat: CV. Insan Cendikia Mandiri.




DOI: http://dx.doi.org/10.26742/mklng.v9i1.2069

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Kustiana Kustiana, Een Herdiani, Heri Herdini

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Lisensi Creative Commons

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


Jurnal Seni Makalangan
Program Studi Seni Tari
Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Jl. Buah Batu No.212, Cijagra, Kec. Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat 40265
Phone: (022)7314982, Fax: (022) 7303021
E-mail: jurnal.makalangan@gmail.com

 

p-ISSN: 2355-5033 | e-ISSN: 2714-8920


View My Stats