PENGARUH GEOGRAFIS TERHADAP WARNA BANGBARONGAN KESENIAN REAK SUNDA DI CIBIRU KOTA BANDUNG

Muhamad Rifqi Rizqia, Anis Sudjana, Deni Yana

Abstract


Indonesia has a variety of arts that have their own characteristics in various aspects, one of which is in terms of color selection. The use of color in an art can be influenced by various factors, including environmental factors or geographical location. This research discusses the problem of whether or not there is an influence of geographical location on color with a case study of Bangbarongan art in Reak Sunda art in Cibiru District, Bandung City. To dissect this problem, an approach between fine arts and ethnography is used. The results of this research show that Bangbarongan art is an art that has spread and developed outside its original area. Bangbarongan itself is an adaptation of Bengberokan art from Indramayu. Although it is not the original art of Cibiru, the Cibiru community still has enthusiasm in developing Bangbarongan art. This can be seen from how the Bangbarongan art still exists today as part of the Reak Sunda art. In the element of color, not much has changed except in terms of its application to Bangbarongan in Cibiru and it still seems to retain its original color like Bengberokan from Indramayu. This is known because Indramayu and Cibiru still hold the same beliefs, especially in terms of interpreting a color. In addition, the religiosity of reak art in Cibiru is still quite strong, this can be seen from the rituals and making offerings before the show takes place.

Keywords: Geographical Location, Art, Reak, Bangbarongan, Color

------------------------------------------------------------------------------------

Indonesia memiliki bermacam-macam kesenian yang memiliki ciri khasnya masing-masing dalam berbagai sisi, salah satunya dalam hal pemilihan warna. Penggunaan warna pada sebuah kesenian dapat dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor lingkungan atau letak geografisnya. Penelitian ini membahas masalah mengenai ada tidaknya pengaruh letak geografis terhadap warna dengan studi kasus seni Bangbarongan pada kesenian Reak Sunda di Kecamatan Cibiru Kota Bandung. Untuk membedah permasalahan ini, digunakan pendekatan antara seni rupa dan etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesenian Bangbarongan merupakan kesenian yang telah menyebar dan berkembang diluar daerah asalnya. Bangbarongan sendiri merupakan kesenian yang diadaptasi dari seni Bengberokan dari Indramayu. Meskipun bukanlah kesenian asli Cibiru, namun masyarakat Cibiru tetap memiliki antusias dalam mengembangkan kesenian Bangbarongan. Hal ini terlihat dari bagaimana kesenian Bangbarongan tetap eksis sampai sekarang sebagai bagian dari kesenian Reak Sunda. Dalam unsur warna, tidak banyak terjadi perubahan kecuali dalam hal pengamplikasiannya pada Bangbarongan di Cibiru dan terlihat masih mempertahankan warna aslinya seperti Bengberokan dari Indramayu. Hal ini diketahui karena antara di Indramayu dan Cibiru masih memegang kepercayaan yang sama terutama dalam hal memaknai sebuah warna. Selain itu, secara religiusitas kesenian reak di Cibiru masih cukup kuat, hal ini terlihat dari masih adanya ritual dan membuat sesajen sebelum acara pertunjukkan berlangsung.

Kata Kunci: Letak Geografis, Kesenian, Reak, Bangbarongan, Warna

References


Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2015). Statistik Daerah Kecamatan Cibiru 2015. Badan Pusat Statistik, Bandung. 12 hal.

Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2021). Kecamatan Cibiru Dalam Angka 2021. Badan Pusat Statistik, Bandung. 112 hal.

Bisri, C. H., Heryati, Y., Ruvaidah, E. (2005) Pergumulan Islam Dengan Kebudayaan Lokal Di Tatar Sunda. Bandung. Kaki Langit.

Darmaprawira W. A., Sulasmi. (2002). WARNA: Teori dan kreativitas Penggunaannya. Bandung. ITB.

Dwimarwati, Retno. (2014). Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung. Prodi TV & STSI Bandung.

Heriyawati, Yanti (2016). Seni Pertunjukan dan Ritual. Yogyakarta. Ombak

Kurnia, G., Nalan, A. S., Jaeni, Wiardi, D. (2003). Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat & Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD.

Moleong, Lexy. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung Remaja Rosdakarya.

Piliang, Yasraf A. (2022). Transestetika I. Yogyakarta. Cantrik Pustaka.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung. STISI

Rohidi, Tjetjep Rohendi. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Semarang. Cipta Prima Nusantara.

Sachari, Agus. (2005). Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta. Erlangga. Spradley, James P. (1997). Metode Etnografi. Yogya. PT. Tiara Wacana.

Suanda, Endo. (2005). Topeng. Jakarta. LPSN Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif: Untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Bandung. Alfabeta.

Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung. ITB

Sumardjo, Jakob. (2015). Sunda Pola Rasionalitas Budaya. Bandung.

Kelir Suryana, Jajang. (2002). Wayang Golek Sunda: Kajian Estetika Rupa Tokoh Golek. Bandung. Yayasan

Adikarya Aksa, F. I., Utaya, S., & Bachri, S. (2019). Geografi dalam perspektif filsafat ilmu. Majalah Geografi Indonesia, 33(1), 37-43.

Asthararianty, A., Ekobudiwaspada, Widodo, A. P., & ( 2017). Mengungkap Nilai-nilai Simbolis di Balik Warna Tradisional Bali Nawa Sanggha melalui Rancangan Nirmana, 16(1), 18-39.

Desain Buku. Astiana, R., Kartika, T., & Tawakal, M. I. (2022). Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Wisata diKampung Wisata Cibiru. BEMAS J. BERMASYARAKAT, 3(1), 50-58.

Djunatan, Stephanus. (2019). Jajampe: Menyelesaikan yang Tak Teratasi Ala Sunda. Majalah Parahyangan, 6(4), 2-3.

Grace, D., Mu’amar, S. T., & Nurdin, N. (2021). Sistem Informasi Letak Geografis Penentuan Jalur Tercepat Rumah Sakit Di Kota Palu Menggunakan Algoritma Greedy Berbasis Web. Jurnal Elektronik Sistem Informasi dan Komputer, 4(2), 59-76.

Harini, N. (2013). Terapi warna untuk mengurangi kecemasan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(2), 291-303.

Jannah, M., Widowati, T. (2012). Pengembangan Zat Warna Alami Dari Biji Kesumba (Bixa Orellana Linn) Untuk Pewarnaan Batik. UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret.

Karja, I. W. (2021, November). Makna warna. In Prosiding Seminar Bali-Dwipantara Waskita (Vol. 1, No. 1).

Purbasari, M., Luzar, L. C., & Farhia, Y. (2014). Analisis Asosiasi Kultural Atas Warna. Humaniora, 5(1), 172-184.

Rahmanadia, H. (2012). Kosakata Warna dalam Bahasa Sunda Kanekes. International Seminar Language Maintenance and Shift II, 212-216

Rohendi, H. (2016). Fungsi Pertunjukan Seni Reak Di Desa Cinunuk Kecamatan Cileunyi. JPKS (Jurnal Pendidikan Dan Kajian Seni), 1(1).

Yulianti, S. (2016). Kosakata Warna Bahasa Sunda (Pendekatan Metabahasa Semantik Alami). Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 5(1), 74-86.

Rizqia, M. R. Wawancara Pribadi dengan Acu Supriatna 1 Mei 2023

Rizqia, M. R. Wawancara Pribadi dengan Ade Darga. 30 April 2023

Rizqia, M. R. Wawancara Pribadi dengan Agus Koswara Putra. 2 Mei 2023

Rizqia, M. R. Wawancara Pribadi dengan Anggi Nugraha. 9 Mei 2023

Rizqia, M. R. Wawancara Pribadi dengan Enjang Dimyati. 1 Juni 2022

Rizqia, M. R. Wawancara Pribadi dengan Enjang Dimyati. 29 April 2023

Rizqia, M. R. Wawancara Pribadi dengan Heri Mustofa. 3 Mei 2023

Rizqia, M. R. Wawancara Pribadi dengan Jamal Arif. 29 April




DOI: http://dx.doi.org/10.26742/atrat.v11i3.3191

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

 

Jurnal ATRAT | Journal of Visual Arts containing scientific works on Art Culture Studies which includes Fine Art, Craft, and Design

Gd. FSRD ISBI Bandung, Lt. 2A, Jl. Buahbatu No. 212 Bandung - 40265

Email: jurnalatrat@gmail.com