Kesempurnaan Wong Menak dalam Wayang Sasak

Muh. Syahrul Qodri

Abstract


Abstract

The problem discussed in this article is the values of perfection in the main character of Jayengrana in Wong Menak story of Wayang Sasak in its relation to other figures in the puppet. To explore this issue, the analysis method used is Roland Barthes’ semiotic perspective. Data were collected from interviews and literature study. After applying the stages of semiotic analysis, which is based on 5 codes of Roland Barthes’ semiotics (i. e. hermeneutic, connotation, symbolic, proaretic, and cultural codes), it can be concluded that the perfection of Wong Menak story lies on the glory of himself as wong menak as represented through the his nicknames which prevails on every journey of life. This is because of his ability to manage the five characters that exist in companions and manifest themselves in wong menak itself.


Keywords: perfection, wong menak, puppet sasak.

 

Abstrak

Masalah yang dibahas dalam artikel ini adalah tentang nilai kesempurnaan yang dimiliki oleh tokoh utama Jayengrana dalam Wong Menak di dalam Wayang Sasak yang dikaitkan dengan tokoh-tokoh lainnya dalam wayang tersebut. Untuk mengupas persoalan tersebut, metode analisis yang digunakan adalah semiotika perspektif Roland Barthes. Data yang dianalisis adalah data dari hasil wawancara dan studi pustaka. Setelah melewati tahapan analisis semiotika yang berlandaskan pada lima kode Roland Barthes (yaitu kode hermeneutik, konotatif, simbolik, proaretik, dan kode kultural), dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kesempurnaan Wong Menak terletak pada kejayaan dirinya sebagai wong menak yang direpresentasikan lewat nama-nama julukan yang disandangnya, sehingga senantiasa berjaya pada setiap perjalanan kehidupannya. Hal ini disebabkan oleh kemampuannya mengelola kelima karakter yang ada pada diri sahabat-sahabatnya dan  menyatu dalam diri wong menak itu sendiri.

 

Kata kunci: kesempurnaan, wong menak, wayang sasak


Full Text:

PDF

References


Barthes, R. (1990). S/Z. Diterjemahkan oleh Richard Miller dari S/Z. Oxford: Basil Blackwell Ltd.

------------. (2007). L’aventure Sémiologique diterjemahkan oleh Stephanus Aswa Herwinarko. Petualangan Semiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

------------. (2011). Mythologies diterjemahkan dari oleh Nurhadi dan A. Sihabul Millah. Mitologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Riyanto, B. & Mataram. S. (2018). Perkembangan Wayang Alternatif di Bawah Hegemoni Wayang Kulit Purwa. Panggung, 28 (1), 1 – 15.

Cahya. (2016). Nilai, Makna, dan Simbol dalam Pertunjukan Wayang Golek Sebagai Representasi Media Pendidikan Budi Pekerti. Panggung, 26 (2), 117- 127.

Darmoatmojo, S. (1989). Gunungan dan Studi Lingkungan Hidup. Gatra, 22/IV.

Depdikbud NTB. (1993). Deskripsi Wayang Kulit Sasak Daerah Nusa Tenggara Barat, Proyek Pembinaan Kesenian Nusa Tenggara Barat 1992/1993.

Harnish, D. D. (2003). Worlds of Wayang Sasak: Music, Performance, and Negotiations of Religion and Modernity. Asian Music, 34 (2), 91-120.

Nawawi, H. (1993). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Ernawi, I. S. (2009). Kearifan Lokal dalam Perspektif Penataan Ruang, dalam Kearifan Lokal dalam Perencanaan dan Perancangan Kota. Malang: Group Konservasi Arsitektur dan Kota.

Rusliana, I. (2016). Wayang Dalam Tari Sunda Gaya Priangan. Panggung, 26 (2), 151 – 165.

Budiman, K. (2005). Ikonisitas. Yogyakarta: Buku Baik.

Hambali, M. (2011). Resepsi Penonton Terhadap Wayang Haji Lalu Nasib, Gerung, Lombok Barat. Tesis S2. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Mukti, M. (2014). Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Lakon Cupu Manik Astagina Sajian "Dalang Enthus Susmono dalam Pandangan Tabligh: Relevansinya Terhadap Usaha Perbaikan Umat dan Pelestarian Wayang". Laporan Penelitian. Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

Sevilla, C. G. (1993). An Introduction to Research Methods diterjemahkan dari oleh Alimuddin Tuwu. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Siti Khotiah, dkk. (2013) "Eksistensi Wayang Golek Langkung di Kota Jepara Sebagai Wujud Pengembangan Budaya Jawa." Laporan Penelitian. Hibah Bersaing DP3M Dikti Kemedikbud.

Sunardi, N. S. K. (2016). Pertunjukan Wayang Babad Nusantara: Wahana Pengajaran Nilai Kebangsaan Bagi Generasi Muda. Panggung, 26 (2), 195-207.




DOI: http://dx.doi.org/10.26742/panggung.v28i3.471

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Statistik Pengunjung Jurnal Panggung


 Jurnal ini terlisensi oleh Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License

Editor Office:

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M)
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Gedung Rektorat Lantai 4
Jl. Buah Batu No. 212 Bandung 40116 
Email: penerbitan@isbi.ac.id or redaksi.panggung@gmail.com
Phone: 022 7314982 Fax: +022 7303021