Fetisisme Ras Kaukasoid dan Ras Mongoloid Sebagai Strategi Pemasaran dalam Sinetron Indonesia
DOI:
https://doi.org/10.26742/panggung.v24i4.132Abstract
ABSTRACT
Â
Popular culture that rises with industrialization influences the production of film in Indonesia. One of genres of Indonesia’s film is soap opera. Soap opera has two sides, the first side as market com- modity and the second side as popular art, whichcategorized itself as kitsch. As producing their pro- duct, soap opera has to see trough the background of its society. This research used qualitative method. The research resultsmost of Indonesian are Malaya that have colonized by Caucasian and Mongolian before 1945 and after that. It causes effect of fantasies that create the stereotype about Caucasian and Mongolian appearances. Stereotype makes Malaya have fetishism about Caucasian and Mongolian’s appearance. Director of soap opera uses this kind of fetishism as appeal to audiences in Indonesia. Displaying the racial half-bred of body of actress and actor in soap opera is become one of marketing strategy to promote soap opera. This is why half-breed actress and actor always get the important role in Indonesian soap opera.
Â
Keywords: soap opera, kitsch, race, fetishism
Â
Â
Â
Â
ABSTRAK
Â
Budaya populer yang tumbuh seiring dengan industrialisasi memengaruhi produksi per- filman di Indonesia. Salah satu genre perfilman di Indonesia adalah sinetron. Sinetron yang di- kategorikan sebagai produk seni kitsch memiliki dua kriteria yaitu sebagai komoditi seni yang populer dan sebagai komoditi dagang yang menghasilkan keuntungan ekonomis. Sebagai se- buah produk seni kitsch yang merupakan dasar pembuatan karyanya adalah selera masyarakat kebanyakan maka sinetron harus jeli dalam melihat keadaan dan latar belakang masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menggambarkan masyara- kat Indonesia yang merupakan ras Melayu telah dijajah oleh ras Kaukasoid dan Mongoloid sebelum tahun 1945 dan setelahnya. Efek dari penjajahan ini adalah ras Melayu telah ditanami fantasi yang menjadi stereotip mengenai ras Kaukasoid dan Mongoloid yang berakhir dengan fetisisme. Fetisisme ini dijadikan sebagai strategi pemasaran oleh produser dan sutradara un- tuk menarik antusiasme calon penonton sinetron. Caranya dengan menampilkan aktor dan aktris Melayu keturunan Kaukasoid dan Mongoloid sebagai pemeran utama.
Â
Kata kunci: sinetron, seni kitsch, ras, fetisisme
References
Achsan Permas
Manajemen Organisasi Seni Pertunjuk-
an. Yogyakarta
Bhabha, Homi K
The Location of Culture. London: Routledge.
Danesi, Marcel
Understanding Media Semiotics. Lon- don: Arnold
Fiske, John
Television Culture: Popular Pleasure and Politics. London: Routledge
Hall, Stuart
Culture, Media, Language. London: Routledge
Lindsay, Jennifer
Klasik Kitsch Kontemporer: Sebuah Stu-
di Tentang Seni Pertunjukan Jawa. Yog-
yakarta: Gajah Mada University Press
Moleong, Lexy J.
Metodologi Penelitian Kualititatif. Ban- dung: Rosda.
Stevenson, Nick., Peter Jackson., dan Kate
Brooks.
“The Politics of ‘New’ Men’s Life style Magazine†European Journal of Cultural Studies. Hlm. 367-598. London: SAGE Publications.
Yasraf Amir Piliang
Membangun Identitas: Meretas Pe- rangkap Budaya Populer dan Kon- sumerisme. Jurnal Panggung Vol.
No. 3.Bandung: STSI Press
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Penulis yang menerbitkan jurnal ini menyetujui persyaratan berikut:
Penulis memiliki hak cipta dan memberikan jurnal hak publikasi pertama dengan karya yang secara simultan dilisensikan di bawah Creative Commons Attribution License yang memungkinkan orang lain untuk berbagi karya dengan pengakuan kepengarangan karya dan publikasi awal dalam jurnal ini.
Penulis dapat mengadakan perjanjian kontrak tambahan yang terpisah untuk distribusi non-eksklusif versi jurnal yang diterbitkan dari karya tersebut (misalnya, mempostingnya ke repositori institusional atau menerbitkannya dalam sebuah buku), dengan pengakuan atas publikasi awalnya dalam jurnal ini.
Penulis diizinkan dan didorong untuk memposting pekerjaan mereka secara online (mis., Dalam repositori institusional atau di situs web mereka) sebelum dan selama proses pengiriman, karena dapat menyebabkan pertukaran yang produktif, serta kutipan yang lebih awal dan lebih besar dari karya yang diterbitkan.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.