Tradisi Upacara Adat Buang Jong dalam Konteks Budaya Masa Kini

Aep Saepuloh

Abstract


ABSTRACT

This paper aims to find out the history, processes, functions and forms of Buang Jong traditional ceremonies in the contemporary context. This research was conducted using qualitative methods. Buang Jong is a traditional ceremony conducted by the Sawang tribe community on Belitung Island. Buang Jong's ceremony is done to deliver offerings to the sea gods, so that they are given sea products and beg for them to avoid all kinds of calamities and destitution. This ceremony is a reflection of the desire of the Sawang Tribe to live in harmony with nature. They believe that they will expose the sea to those who will confront them in their social-cultural life will be disturbed. But after they lived on the mainland, there was a negative change in the traditional ceremony of Buang Jong, that is, there was a show that was not in harmony with the traditional provisions which caused a reduction in the sacred value of the traditional ceremony. Government protocol rules are a priority over traditional ceremonies as the main event. This goes beyond the shifting time and the ceremony is no longer in accordance with customary provisions, thereby reducing the meaning and sacredness of the traditional ceremony.

Keywords: Traditional ceremony, Buang Jong ritual, cultural changes.


ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejarah, proses, fungsi dan bentuk tradisi upacara adat Buang Jong dalam konteks budaya masa kini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Buang Jong merupakan upacara adat yang secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat suku Sawang di Pulau Belitung. Upacara Buang Jong dilakukan untuk menyampaikan persembahan kepada dewa laut, agar mereka diberikan hasil laut dan memohon agar mereka terhindar dari segala macam malapetaka dan kemelaratan. Upacara ini merupakan refleksi dari keinginan Suku Sawang untuk hidup harmonis dengan alam. Mereka percaya bahwa jika mereka memperlakukan laut dengan tidak baik maka laut akan marah kepada mereka sehingga kehidupan sosial-budaya mereka akan terganggu. Namun setelah mereka tinggal di daratan, terjadi perubahan negatif dalam unsur upacara adat Buang Jong yaitu adanya penambahan acara yang tidak selaras dengan ketentuan adat yang menyebabkan berkurangnya nilai kesakralan dari upacara adat tersebut. Aturan protokol pemerintah menjadi prioritas di atas upacara adat sebagai acara utama. Hal ini mengakibatkan bergesernya waktu dan susunan upacara tidak lagi sesuai dengan ketentuan adat, sehingga mengurangi makna dan kesakralan dari upacara adat tersebut.

Kata Kunci: Upacara adat, ritual Buang Jong, pergeseran budaya.


Full Text:

PDF

References


Anggara, S. (2018). Pelestarian Budaya Suku Sawang di Kabupaten Belitung Timur. Panggung, 28 (3), 360-373.

Diana, N., & R. F. Kafarisa. (2018). Festival Buang Jong Sebagai Kearifan Lokal dan Modal Sosial dalam Integrasi Antara Suku Sawang dan Penduduk Asli di Kabupaten Belitung. Prosiding Seminar Nasional 21 Universitas PGRI Palembang 05 Mei 2018, 166-171.

Erwin. (2015). Interaksi Sosial Suku Laut dengan Masyarakat Sekitarnya di Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga. (Skripsi), Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang.

Fajriana, F. (2008). Upacara Adat Buang Jong pada Masyarakat Suku Sekak di Bangka. Sabda, 3 (2), 1-12.

Hamid, A. (2013). Sejarah Maritim Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Hoogstad, S.Y.A. (2009). Suku Sawang Belitung dan Buang Jong, Kolom, Warta Praja, Edisi 07/Th IV/Juli 2009. Belitung: Pemkab Belitung.

Jamilah. (2016). Pertunjukan Pertunjukan Pajoge Makkunrai pada Masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Panggung, 26 (1), 35-47.

Liliweri, A. (2005). Prasangka dan Konflik Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: LKis.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Purwana, B. H. S. (2015). Ritual Buang Jong: Identitas Kolektif Komuntas Orang Sawang di Pulau Belitung. Patrawidya, 16 (2), 179-203.

Salman, D., dkk. (2011). Jagad Bahari Nusantara. Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

Tanjung, E.R.J.P.R & Leli Yulifar. (2017). Sang Pelaut dari Belitung: Dampak Tinggal di Darat Terhadap Kehidupan Sosial-Budaya Suku Sawang (1936-2012). Factum, 6 (1), 55-75.

Wikandia, R. (2016). Pelestarian Pelestarian dan Pengembangan Seni Ajeng Sinar Pusaka pada Penyambutan Pengantin Khas Karawang. Panggung, 26 (1), 58-69.




DOI: http://dx.doi.org/10.26742/panggung.v29i1.810

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Statistik Pengunjung Jurnal Panggung


 Jurnal ini terlisensi oleh Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License

Editor Office:

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M)
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Gedung Rektorat Lantai 4
Jl. Buah Batu No. 212 Bandung 40116 
Email: penerbitan@isbi.ac.id or redaksi.panggung@gmail.com
Phone: 022 7314982 Fax: +022 7303021