Toponimi Nama Tempat Berbahasa Sunda di Kabupaten Banyumas
DOI:
https://doi.org/10.26742/panggung.v28i2.426Abstract
ABSTRACT
The continuous changes of society have brought some impacts to the name of a place. Even though it is only a name, it actually deals with the cultural perspective of the surrounding communities. Currently, toponym becomes important for society as a part of identity formation processes including for the Sundanese. Beside spoken in West Java and Banten, Sundanese language is also spoken by Central Java communities who live in western areas such as Cilacap, Brebes, and Banyumas regencies. In Cilacap and Brebes regencies, Sundanese language is still an effective language for daily communication. However, in Banyumas regency, this language undergo changes. In fact, the Sundanese language in Banyumas is a quite unique since the archaic words such as pineuh (sleeping) and teoh (below) are still found. This area still keeps its oral tradition such as the story about the history of the place names. By employing dialectology theory to the data collected from the field, this study of the place name is an effort to strengthen an identity as the place name can be understood as a symbol rooted on the history of the place in its local culture. This tradition contributes toward a sustainability of the place name along with their cultural values.
Key words: place names, local wisdom, identity
ABSTRAK
Perubahan masyarakat yang terus-menerus berpengaruh pada perubahan penamaaan tempat di suatu daerah.Tidak hanya sekadar nama, dalam penamaan sebuah tempat terkandung pandangan masyarakat pemiliknya. Saat ini, toponimi menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia sebagai bagian dari proses pembentukan identitas. Selain di wilayah Jawa Barat dan Banten, bahasa Sunda digunakan pula oleh sebagian masyarakat Jawa Tengah yang berada di bagian barat, seperti Kabupaten Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di wilayah Kabupaten Cilacap dan Brebes bahasa Sunda sampai sekarang masih digunakan. Namun, di wilayah Kabupaten Banyumas, bahasa Sunda mengalami penyusutan. Padahal, bahasa Sunda di wilayah tersebut cukup menarik, yakni masih ditemukan kata-kata arkais, seperti pineuh ‘tidur’ dan teoh ‘bawah’. Wilayah ini juga masih menyimpan banyak tradisi lisan, di antaranya adalah ihwal cerita terjadinya nama tempat. Dengan menggunakan teori dialektologi terhadap data yaang dikumpulkan di lapangan, pengkajian nama tempat ini merupakan sebuah upaya yang strategis dalam rangka penguatan jati diri bangsa karena nama tempat dapat dipahami sebagai tanda yang mengacu pada cerita dan sejarah yang berakar pada budaya lokal. Tradisi ini berkontribusi terhadap kelanggengan nama berikut nilai-nilai budaya di dalamnya.
Kata kunci: nama tempat, kearifan lokal, jati diri
References
Anholt, S. (2010). Places: Identity, Image and Reputation. Palgrave: Macmillan.
Bachtiar, T. dkk. (2008). Toponimi Kota Bandung. Bandung: Bandung Art and Culture Council.
Halim, A. (Ed.). (1976). Politik Bahasa Nasional 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Hill, J., & Gale, T. (Eds.). (2009). Ecotourism and Environmental Sustainability Principles and Practice. Farnham, UK: Ashgate.
Rais, J. dkk. (2008). Toponimi Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita.
Danandjaja, J. (1994). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Kostanski, L. (2011). "Toponymic dependence research and its possible contribution to the fi eld of place branding". Place Branding and Public Diplomacy, 7 (1), 9-22.
Lembaga Kebudayaan, Universitas Pasundan. (1989) “Bahasa Sunda di Kabupaten Pekalongan, Banyumas, dan Cilacap, Propinsi DT. I Jawa Tengah”. Laporan Penelitian. Bandung.
Kulsum, U. dkk. (2008). Nama Tempat di Kota Bandung yang Berhubungan dengan Air: Tinjauan Antropolinguistik. Bandung: Balai Bahasa.
Muhsin, M. (2012). “Pajajaran dan Siliwangi dalam Lirik Tembang Sunda” dalam Panggung, 22 (2), 139-146.
Pedersen, A. (2017). “The Transmission of Toponyms in Language Shift Societes” dalam Terhi Ainiala dan Jan-Ola Ostman (Ed.). Socio-onomastics: The Pragmatics of Names. Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins Publishsing Company.
Radding, L. & Western, J. (2010). “Linguistics, Geography and Toponyms.” The Geograficals Review, 100 (3), 394-412.
Sobarna, C. (1993). "Makna Nama: Cara Berpikir Masyarakat Sunda" dalam Robert Sibarani dan Henry Guntur Tarigan (Ed.). Makna Nama dalam Bahasa Nusantara: Sebuah Kajian Antropolinguistik. Bandung: Bumi Siliwangi.
--------- (2010) “Bahasa Sunda di Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah”. Laporan Penelitian. Bandung: Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran.
--------- (2013). “Ancaman Kepunahan Bahasa di Daerah Enklave: Kasus Bahasa Sunda di Desa Dermaji, Jawa Tengah”. Makalah Seminar Nasional bahasa Ibu VI yang diselenggarakan oleh Universitas Udayana pada tanggal 22-13 Februari 2013 di Denpasar, Bali.
----------- (2015) “Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Pelestarian Lingkungan dan Ekowisata (Kajian Toponimi Jabar Selatan)”. Laporan Penelitian Academic Leadership Grant. Bandung: Universitas Padjadjaran.
--------- (2016).“Nama Tempat di Wilayah Jabar Selatan: Sebuah Representasi Kearifan Lokal Kesadaran Ekologis Masyarakat Sunda”. Prosiding Seminar Nasional Toponimi “Toponimi dalam Perspektif Ilmu Budaya” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia di Depok, 1-3 November 2016.
Soemaryatmi. (2012). “Dampak Akulturasi Budaya pada Kesenian Rakyat” dalam Panggung 22 (1), 25-36.
Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sudaryat., Y. (2005). Pemakaian Bahasa Sunda dalam Sistem Toponimi Nama Daerah di Jawa Barat. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Penulis yang menerbitkan jurnal ini menyetujui persyaratan berikut:
Penulis memiliki hak cipta dan memberikan jurnal hak publikasi pertama dengan karya yang secara simultan dilisensikan di bawah Creative Commons Attribution License yang memungkinkan orang lain untuk berbagi karya dengan pengakuan kepengarangan karya dan publikasi awal dalam jurnal ini.
Penulis dapat mengadakan perjanjian kontrak tambahan yang terpisah untuk distribusi non-eksklusif versi jurnal yang diterbitkan dari karya tersebut (misalnya, mempostingnya ke repositori institusional atau menerbitkannya dalam sebuah buku), dengan pengakuan atas publikasi awalnya dalam jurnal ini.
Penulis diizinkan dan didorong untuk memposting pekerjaan mereka secara online (mis., Dalam repositori institusional atau di situs web mereka) sebelum dan selama proses pengiriman, karena dapat menyebabkan pertukaran yang produktif, serta kutipan yang lebih awal dan lebih besar dari karya yang diterbitkan.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.