Analisis Struktur Pertunjukan Opera Batak Sisingamangaraja XII: Episode Tongtang I Tano Batak
Abstract
ABSTRACT
Opera Batak is a traditional performance genre from the Toba Batak ethnic group. Opera Batak is staged based on oral tradition through acting, music and dance. The creation of works aims to preserve Sisingamangaraja XII's historical values. The method is carried out beginning with research through observation, interviews, literature studies with steps to work on the search phase, the stage of giving content, the development stage, and the stabilization stage.Transitions of performers and sections are accompanied musical instruments including gondang, suling, serunai, kedapi, hesek, odap and garantung. This mixture is intended to bring the drama to life and entertain the audience. The figures in Opera Batak are Sisingamangaraja XII, Patuan Anggi, Putri Lopian, Boru Sagala, Somaling, Panglima Sarbut and Panglima Amandopang. his episode tells how the war against the Dutch company in the Batak land for about 30 years. Arranged with a flow, dramatic, and conflicting conflict to show Sisingamangaraja's humanity and kinship side in the face of war.
Key Word: Opera Batak, Theater, Sisingamangaraja XII, Tongtang I Tano Batak
ABSTRAK
Opera Batak merupakan seni pertunjukan tradisi dalam masyarakat Batak.Opera Batak ditampilkan melalui sastra lisan, pemeranan, musik, dan tarian. Penciptaan karya bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai kesejarahan Sisingamangaraja XII. Metode dilakukan diawali dengan riset melalui observasi, wawancara, studi pustaka dengan langkah garap; tahap pencarian, tahap memberi isi, tahap pengembangan, dan tahap pemantapan. Opera Batak dipandu pencerita dalam mengenalkan tema, menyapa penonton, menggambarkan kisah, dan menggenalkan pemain. Peralihan pemain dan bagian diiringi musik yang terdiri atas: gondang, suling, sarunai, kecapi, hesek, odap, dan garantung. Tokoh Opera Batak dalam episode Tongtang I Tano Batak adalah Sisingamangaraja XII, Patuan Anggi, Putri Lopian, Boru Sagala, Somaling, Panglima Sarbut, dan Panglima Amandopang. Episode ini menceritakan bagaimana perperangan melawan kompeni Belanda di tanah Batak yang kurang lebih 30 tahun lamanya. Disusun dengan alur, dramatik, dan konflik yang rapat untuk memperlihatkan sisi kemanusian dan kekeluargaan Sisingamangaraja dalam menghadapi perperangan.
Kata Kunci: Opera Batak, Teater, Sisingamangaraja XII, Tongtang I Tano Batak
Full Text:
PDFReferences
Anirun, Suyatna. (2002). Menjadi Sutradara. STSI Press: Bandung
Harahap, Basyral H. dan Hotman M. Siahaan. (1987). Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak. Jakarta: Sanggar Willem Iskander.
Minawati, Rosta dan Nursyirwan. (2018). Kreativitas Garap sebagai Strategi Pengembangan Musik Kompang Grup Delima di Bantan Rua Bengkalis. Panggung,28, (9), 346-359.
Purba, Krismus. (2002). Opera Batak Tilhang Serindo: Pengikat Buday aMasyarakat Batak Toba di Jakarta. Yogyakarta: Kalika Bantul.
Putro. Brahmo. (1981). Karo dari Zaman Ke Zaman. Medan: Yayasan Massa.
Pramutomo, R.M, Slamet MD, Tubagus Mulyadi. (2018). Langen Carita Jaka Tingkir Opera Edukasi Anak. Panggung, 28, (9), 331-345.
Ruswandi, Tardi. (2016). Kreativitas Mang Koko dalam Karawitan Sunda. Panggung, 26, (3), 92-107.
Sangti, Batara.(1978), Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar.
Siahaan,E. K. et al. (1976/1977).Ensiklopedi Musik Dan Tari Daerah Sumatera Utara.Medan: Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan
Daerah.
Tambunan, Anggur P. (1977). Kamus Bahasa Batak Toba Indonesia. Jakarta:Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Wikandia, Rosikin. (2016). Pelestarian dan Pengembangan Seni Ajang Sinar Pusaka pada Penyambutan Pengantin Khas Karawang. Panggung, 26, (3),58-69.
DOI: http://dx.doi.org/10.26742/panggung.v29i2.908
Refbacks
- There are currently no refbacks.