Trajektori Hanami sebagai Diplomasi Budaya Jepang

Authors

  • Wanda Listiani

DOI:

https://doi.org/10.26742/panggung.v32i4.2378

Abstract

Diplomasi adalah sistem komunikasi internasional yang penting dan mekanisme komunikasi kolektif antar negara. Melalui diplomasi budaya, wisatawan mancanegara diharapkan tertarik untuk mengunjungi dan melihat langsung kekayaan budaya Jepang. Diplomasi budaya merupakan salah satu media representasi dan komunikasi dalam memperkenalkan kekayaan dan keragaman seni budaya Jepang. Perayaan melihat bunga setiap musim di Jepang yaitu, bunga plum pada bulan Februari, bunga iris pada awal Juni, bunga hydrangea pada akhir Juni, dan sebagainya. Perayaan besar tahunan sakura dan hanami adalah yang paling populer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis literatur. Hasil penelitian menggambarkan peristiwa melihat sakura di Jepang sebagai praktik diplomasi budaya Jepang. Jepang populer dengan citra sakura di tingkat internasional. Praktik hanami Jepang (melihat sakura) muncul di seluruh dunia. Hanami, mengenakan yukata dan acara budaya Jepang berkontribusi untuk mengartikulasikan diplomasi budaya Jepang di tingkat dunia. Kata kunci: hanami, sakura, Jepang, diplomasi budaya

References

Baker, Joan Stanley. (1984). Seni Jepang, London : Thames dan Hudson

Chalcraft, J. (2021). Into the Contact Zones of Heritage Diplomacy: Local Realities, Transnational Themes and International Expectations. International Journal of Politics, Culture, and Society, 34(4), 487–501. https://doi.org/10.1007/s10767-020-09391-3

Chung, U., Mack, L., Yun, J. I., & Kim, S.-H. (2011). Predicting the Timing of Cherry Blossoms in Washington, DC nd Mid-Atlantic States in Response to Climate Change. PLoS ONE, 6(11), e27439. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0027439

Cronin, P. (2013). How to do a Systematic Literature Review in Nursing. A Step-by-Step Guide. Nurse Education in Practice, 13(3), e9. https://doi.org/10.1016/j.nepr.2012.12.004

Endowment, Kate S. Buckingham (1977). Tosa Mitsuoki (Jepang, 1617-1691) : Ceri Berbunga dengan Slip Puisi, Chicago: Departemen Pendidikan Museum Institut Seni Chicago

Fenollosa, Ernest F.. (2007). Zaman Seni Cina dan Jepang : Garis Besar Sejarah Desain Asia Timur, Berkeley : Stone Bridge Press

Fukamachi, K., Oku, H., Kumagai, Y., & Shimomura, A. (2000). Changes in landscape planning and land management in Arashiyama National Forest in Kyoto. Landscape and Urban Planning, 52(2–3), 73–87. https://doi.org/10.1016/S0169-2046(00)00124-9

Flueckiger, Peter (2011) Membayangkan Harmoni : Puisi, Empati, dan Komunitas di Konfusianisme dan Nativisme Pertengahan Tokugawa, California: Stanford University Press

Gaudeková, H. (2013). Nuances of beautyYoshitoshi’s concept of women as a reflection of contemporary society. Annals of the Naprstek Museum, 34(1), 43–58.

Gavirati, P. M. (2020). Sakura, la Flor Japonesa en la Comunicación del Cambio Climático: Estudio Exploratorio sobre una Serie Periodística del Diario

Mainichi Shimbun (2016-2020). Historia Ambiental Latinoamericana y Caribeña (HALAC) Revista de La Solcha, 10(3), 25–54. https://doi.org/10.32991/2237-2717.2020v10i3.p25-54

Graham, Patricia J. (t.t.). Desain Jepang: Seni, Estetika & Budaya, Tokyo: Tuttle Publishing

Hwang, S.-H., & Chan, H.-Y. (2020). Cooperative Learning of SeiryuTai Hayashi Learners for the Hida Furukawa Festival in Japan. Sustainability, 12(10), 4292. https://doi.org/10.3390/su12104292

Lahdesmaki, T., & Ceginskas, V. L. A. (2022). Conceptualisation of heritage diplomacy in scholarship. International Journal of Heritage Studies, 28(5), 635–650. https://doi.org/10.1080/13527258.2022.2054846

Leipe, C., Kuramochi, S., Wagner, M., & Tarasov, P. E. (2020). Ritual practices and social organisation at the Middle Yayoi culture settlement site of Maenakanishi, eastern Japan. Archaeological andAnthropological Sciences, 12(7), 134. https://doi.org/10.1007/s12520-020-01098-y

Listiani, W., Ahimsa-Putra, H. S., LonoLastoroSimatupang, G., & Piliang, Y. A. P. A. (2013). RegenerativeRelational Tritangtu: Sundanese Triadic Transformation Model. Panggung, 23(2), 109–116. https://doi.org/10.26742/panggung.v23i2.91

Masago, Y., & Lian, M. (2022). Estimating the first flowering and full blossom dates of Yoshino cherry (Cerasus × yedoensis ‘Somei-yoshino’) in Japan using machine learning algorithms. Ecological Informatics, 71(January), 101835. https://doi.org/10.1016/j.ecoinf.2022.101835

Munsterberg, Hugo. (1982). Cetakan Jepang : Panduan Sejarah, Tokyo: John Weatherhil Inc

Nagai, S., Saitoh, T. M., & Yoshitake, S. (2019). Cultural ecosystem services provided by flowering of cherry trees under climate change: a case study of the relationship between the periods of flowering and festivals. International Journal of Biometeorology, 63(8), 1051–1058. https://doi.org/10.1007/s00484-019-01719-9

Noritake, Tsuda (2009). Sejarah Seni Jepang: Dari Prasejarah hingga Periode Taisho Tokyo : Tuttle Publishing

Ningsih, A. E. M., & Listiani, W. (2022). Taksonomi Intervensi Seni Kreatif untuk Kesehatan Mental. Panggung, 31(4), 454–466. https://doi.org/10.26742/panggung.v31i4.1787

Pandey, R. (2020). Rethinking the politics of gender and agency: an encounter with the ‘otherness’ of medieval Japan. Japan Forum, 32(4), 461–483. https://doi.org/10.1080/09555803.2018.1497676

Pantin, S. J., & Teelucksingh, J. (2017). Ideology, Regionalism, and Society in Caribbean History. In S. J. Pantin & J. Teelucksingh (Eds.), Ideology, Regionalism, and Society in Caribbean History. Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-61418-2

Robinson, J., & Carletti, L. (2019). Our Theatre Royal Nottingham: co-creation and co-curation of a digital performance collection with citizen scholars. International Journal of Performance Arts and Digital Media, 15(2), 128–148.https://doi.org/10.1080/14794713.2019.1633106

Rimer, J. Thomas (ed). (2012). Sejak Meiji : Perspektif Seni Visual Jepang, 1868-2000, Honolulu : Universitas Hawai’i Press

Sakurai, R., Jacobson, S. K., Kobori, H., Primack, R., Oka, K., Komatsu, N., & Machida, R. (2011). Culture and climate change: Japanese cherry blossom festivals and stakeholders’ knowledge and attitudes about global climate change. Biological Conservation, 144(1), 654–658. https://doi.org/10.1016/j.biocon.2010.09.028

Strange, Edward F. (t.t.). M.J.S., Ilustrasi Jepang: Sejarah Seni Memotong Kayu dan Pencetakan Warna di Jepang, London ;

George Bell dan Putra Tim Cross (2009). Ideologi Teh Jepang : Subjektivitas, Transains, dan Identitas Nasional, Kent : Global Oriental Ltd

Tuchman, Mitch (ed) (1986). Mahakarya dari Koleksi Shinenken : Lukisan Jepang Periode Edo, Los Angeles : Museum Seni Los Angeles County

Toyosawa, N. (2019). Introduction. Japan Forum, 31(4), 439–444. https://doi.org/10.1080/09555803.2019.1594343

Winter, T. (2015). Heritage diplomacy. International Journal of Heritage Studies, 21(10), 997–1015. https://doi.org/10.1080/13527258.2015.1041412

Ye, Hanyan (2015). A Symbol becomes the culture : Reinventing Japanese Cherry Blossoms, Centre for East and South-East Asian Studies, Lund Universit

Zubala, A., Kennell, N., & Hackett, S. (2021). Art Therapy in the Digital World: An Integrative Review of Current Practice and Future Directions. Frontiers in Psychology, 12(April). https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.600070

Downloads

Published

2023-01-05

How to Cite

Listiani, W. (2023). Trajektori Hanami sebagai Diplomasi Budaya Jepang. Panggung, 32(4), 541–555. https://doi.org/10.26742/panggung.v32i4.2378

Issue

Vol. 32 No. 4 (2022): Keragaman Budaya, Kajian Seni, dan Media

Section

Articles

Citation Check

License

Penulis yang menerbitkan jurnal ini menyetujui persyaratan berikut:

  • Penulis memiliki hak cipta dan memberikan jurnal hak publikasi pertama dengan karya yang secara simultan dilisensikan di bawah Creative Commons Attribution License yang memungkinkan orang lain untuk berbagi karya dengan pengakuan kepengarangan karya dan publikasi awal dalam jurnal ini.

  • Penulis dapat mengadakan perjanjian kontrak tambahan yang terpisah untuk distribusi non-eksklusif versi jurnal yang diterbitkan dari karya tersebut (misalnya, mempostingnya ke repositori institusional atau menerbitkannya dalam sebuah buku), dengan pengakuan atas publikasi awalnya dalam jurnal ini.

  • Penulis diizinkan dan didorong untuk memposting pekerjaan mereka secara online (mis., Dalam repositori institusional atau di situs web mereka) sebelum dan selama proses pengiriman, karena dapat menyebabkan pertukaran yang produktif, serta kutipan yang lebih awal dan lebih besar dari karya yang diterbitkan.

Authors who publish with this journal agree to the following terms:

  • Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.

  • Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.

  • Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.



Most read articles by the same author(s)