Simbol Komunikasi Pada Tari Salonreng dalam Ritual Ajjaga Masyarakat Gowa

Authors

  • Johar Linda Universitas Negeri Makassar , Indonesia
  • Andi Taslim Saputra Universitas Negeri Makassar , Indonesia
  • Faisal Universitas Negeri Makassar, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.26742/panggung.v35i1.3691

Keywords:

Tari, Salonreng, Ritual, Gowa

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan fenomena Tari Salonreng sebagai sistem simbol budaya masyarakat Gowa. Pelaksanaan tari Salonreng dalam upacara ritual yang dilakukan turun temurun berhubungan dengan hewan persembahan yang mengandung simbol dan makna. Penelitian ini bertujuan menganalisis simbol dan makna yang terkandung di dalam tari Salonreng dengan menggunakan teori simbol seni oleh Sumandiyo Hadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang tergolong penelitian kualitatif dengan menggunakan data dari studi pustaka, observasi partisipan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari Salonreng masih dipertahankan oleh masyarakat Gowa, yang diyakini sebagai simbol kesuburan, status sosial dan media untuk mendapatkan kasannangngang pakmai (ketenangan jiwa). Tari Salonreng yang disajikan bersamaan dengan kerbau persembahan, diyakini sebagai sarana komunikasi antara pemilik hajat dengan Tuhan, arwah leluhur, dan masyarakat. Tari Salonreng sebagai bentuk penyerahan diri secara totalitas untuk mendapatkan kebahagiaan dalam hidup. Tari Salonreng sebagai simbol budaya terkait dengan konsep sulapa’ appa’ sebagai pedoman Masyarakat Makassar.

References

Andini, B. O. (2015). Barongsai Cap Go Meh Di Makassar Sebuah Pemikiran Tentang Tari, Ritual, dan Identitas. Jurnal Kajian Seni, 02(01), 12–26.

Danesi, Marsel. (2010). Pesan, Tanda, dan Makna. (Cet.1). Jalasutra.

Dibia, Wayan, D., I. (2006). Tari Komunal. Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Firdaus, Rahman, H., Umar, Ni’mah, S., & Harmilawati. (2020). Conception of Religion Teacher in Bugis Makassar Cultural Context. 960–965. Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 436.

Fiske, J. (1987). Television Culture. Methuen & Co. Ltd.

Hadi, Y. Sumandiyo. (2003). Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok. eLKAPHI.

Hadi, Y. Sumandiyo. (2007). Sosiologi Tari, Sebuah Pengenalan Awal. Pustaka.

Halim, W. (2012). Arung, Topanrita Dan Anregurutta Dalam Masyarakat Bugis Abad XX. Jurnal Al-Ulum, 12(2), 317–334.

Hudzaifah, A. (2020). Peran Puik-puik dalam Kesenian Gandrang Makassar. Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, 15(2), 101–109. https://doi.org/10.33153/dewaruci.v15i2.2699

Islami, V. F., & Astuti, K. S. (2023). Aesthetic Value of Padduppa Bugis-Makassar Dance as a Guest Welcoming Dance in South Sulawesi. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 10(5), 72–79. https://doi.org/10.18415/ijmmu.v10i5.4569

Linda, Johar. (2013). Tari Salonreng dalam Upacara Ritual Accera’ Ase. IKKJ Publiser.

Linda, Johar. (2022). Tari Salonreng dalam Upacara Ritual Ajjaga di kabupaten Gowa. Badan Penerbit UNM.

Mattulada. (1995). Latoa, Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antropologi Politik Orang Bugis. Hasanuddin University Press.

Morris, Desmond,. (1977). Manwatching A Field Guide to Human Behavior. Harry N.A.INC., Publishers.

Pinontoan, N,A. (2020). Representasi Patriotisme Pada Film Soegija (Analisis Semiotika John Fiske). Avan Garde Jurnal Ilmu Komunikasi. 8(2):, 191-206.

Ramli, Asia. (2023). Representasi Nilai Siri’ Na Pacce Pertunjukan Teater Rakyat Kondobuleng Sanggar Seni Tradisional I Lolo Gading Paropo. Panggung: Jurnal Seni Budaya., 33(4):, 451-462.

Ratna, Nyoman Kutha. (2007). Estetika Sastra dan Budaya. Pustaka Pelajar.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Cita Prima Nusantara.

Saputra, T, M., N. (2019). Peristiwa Teater Tu(m)buh sebagai Konstruksi Politik Tubuh. Panggung: Jurnal Seni Budaya. 29(2):, 102–115.

Suhardi, A. K., & Sunarto, B. (2023). Kelong in the context of the gandrang bulo dance in Makassar. International Journal of Visual and Performing Arts, 5(1), 45–61. https://doi.org/10.31763/viperarts.v5i1.960

Suharso, Retnoningsih. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi Lux). Widya Karya.

Sumiani, Niniek. (2004). Pakarena dalam Pesta Jaga. Padat Daya.

Syahrir, Nurlina. (2014). Pakarena Sere Jaga Nigandang, Merajut Mitos Perempuan Makassar. Bagaskara.

Syakhruni., S. (2022). Tari Pepe-Pepeka Ri Makka Sanggar Tari Paroki Makassar: Analisis Perubahan Bentuk dan Fungsi. Panggung: Jurnal Seni Budaya., 32(4):, 421-435.

Syarif, Yudono, A., Harisah, A., & Mochsen Sir, M. (2017). Sulapa Eppa As The Basic or Fundamental Philosophy of Traditional Architecture Buginese . SHS Web of Conferences, 41, 1–7. https://doi.org/10.1051/shsconf/20184104005

Teeuw, A, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori. Pustaka Jaya.

Widaryanto, F.X,. (2009). Koreografi. STSI Bandung.

Yulianti, N, K, D.,. (2021). Yulianti, N, K, D., Marhaeni, N, K, S. 2021. Analisis Nilai Estetika Pertunjukan Wayang Kulit Cenk Blonk Dalam Lakon “Tidak Cukup Hanya Cinta”. Panggung: Jurnal Seni Budaya. 31(2): 239-249. Panggung: Jurnal Seni Budaya., 31(2):, 239-249.

Downloads

Published

2025-03-01

How to Cite

Linda, J., Saputra, A. T., & Faisal. (2025). Simbol Komunikasi Pada Tari Salonreng dalam Ritual Ajjaga Masyarakat Gowa. Panggung, 35(1), 25–40. https://doi.org/10.26742/panggung.v35i1.3691

Citation Check